Membangun Komitmen dan Sinergi Menuju Cita-cita
“Menjadi Pemuda GMIT, Pemuda Kerajaan Allah”
Dalam pengalaman yang sedikit semasa Pembinaan Pemuda GMIT, kami dapati kenyataan bahwa Pemuda GMIT, baik yang di sinode maupun jemaat, dikota ataupun dipelosok kampung sungguh kaya dengan berbagai potensi yang secara strategis dapat disumbangkan bagi Gereja dan Bangsa dalam berbagai dimensi masa kekinian maupun ke-akanan. Tetapi yang masih sangat kurang adalah kemampuan dan kekokohan tekat untuk membangun komitmen dan bersinergi.
Apa itu komitmen dan sinergi ?
Komitmen adalah suatu tekad yang kuat untuk berjuang mencapai sesuatu. Dalam komitmen seperti ini: tercakup lima nilai pokok yakni 1). Nilai ketabahan yaitu sikap tahan uji dalam menghadapi kesulitan dan penderitaan, 2). Keuletan yakni sikap tekun dan suka bekerja keras atau bahkan tahan banting, 3). kecerdikan dimana senantiasa mengedepankan akal dan kecerdasan bukan emosi buta karena kemudaan. Dan ke 4). kreatifitas yaitu selalu memiliki alternatif baru ditengah kebekuan berpikir. Kalo orang lain mulai frustasi dan hilang akal, orang kreatif selalu punya alternatif. Serta 5). Pengorbanan atau sikap rela berkorban baik secara materil, morill ataupun perasaan. Untuk bahan refleksi pembentuk komitmen bagi pemuda GMIT apakah lima nilai pokok diatas sudah kita miliki dan manfaatkan dalam hidup berorganisasi dan berjemaat.
Sedangkan sinergi, adalah daya atau kemampuan yang dihasilkan oleh sebuah kerjasama. Ingat kata kuncinya adalah Kerjasama bukan sekedar sama-sama kerja. Secara sederhana sinergi dapat dijelaskan sebagai berikut : seorang dapat mengangkat beban maksimal 100 kg. Dua orang secara bersama dapat mengangkut beban 250 Kg. Bila sendiri-sendiri keduanya hanya mampu memikul beban 200 kg saja. Banyak kali sebagai pemuda GMIT ataupun pemuda Jemaat kita gagal dalam tugas pelayanan untuk mengangkat beban yang 100 Kg atau bahkan kurang dari itu karena kita tidak kompak dan kurang bersekutu. Kita terlalu egois untuk mengurusi diri sendiri dan kepentingan kelompok kita.
Lalu Mengapa Komitmen dan Sinergi ?
Komitmen dan sinergi adalah dua dari empat faktor dasar yang berkaitan dengan kualitas kemampuan manusia sebagai pelaku pelayanan (2 faktor lainnya adalah : pengetahuan dan ketrampilan). Pengetahuan dan juga ketrampilan dapat dibentuk dalam pendidikan baik disekolah, kursus maupun dari pengalaman pribadi atau bentukan lingkungan. Sehingga makin tinggi tingkat pendidikan biasanya makin baik juga pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya, tetapi tidak demikian halnya dengan Komitmen dan sinergi.
Komitmen dan sinergi harus dibentuk secara sadar melalui kemauan tulus untuk bersikap terbuka, saling menghormati dan rendah hati untuk bekerjasama, menopang dan menguatkan. Komitmen dan sinergi hanya mungkin lahir dalam dialog/diskusi yang bersahaja dan ikhtiar-ikhtiar bersama yang terencana, ia tak pernah jatuh begitu saja dari langit.
Ada dua alasan mengapa komitmen dan sinergi kemudian menjadi 2 kata kunci yang begitu popular bagi warga GMIT paling kurang dalam 2 tahun terakhir:
1. ini adalah mandat pokok dari konstitusi atau aturan dan program gerejawi kita. Mulai dari Tata GMIT, RIP 1991-2010, HKUP 1999-2003 dan keputusan MS GMIT dalam sidangnya di Ledemanu tahun 2000 dan Bajawa, September 2001. dimana penekananannya ada pada upaya peningkatan kinerja para pelaku pelayanan sehingga warga jemaat dan masyarakat menikmati jumlah dan mutu pelayanan yang semakin baik. Yang berarti kita akan bicara tentang faktor manusia sebagai aktor pelayanannya.
2. kita justeru membutuhkan dua ‘spirit’ ini, sebagai perekat dan pendorong (stimulus) ditengah keterbatasan sumber daya (uang, fasilitas, sarana/prasarana), rendahnya kualitas persekutuan/persaudaraan, rupa-rupa roh zaman dan besarnya tantangan yang harus kita hadapi untuk pencapaian Misi GMIT, mewujudkan jemaat yang missioner.
Sedikit penjelasan tentang cita-cita jemaat yang missioner: memang belum terumuskan secara konkrit oleh GMIT tetapi ciri pokok jemaat yang missioner adalah sebagai berikut : pertama, jemaat yang warganya terus tumbuh dalam pengetahuan dan perbuatan iman dalam konteks kehidupan konkrit mereka. Kedua, jemaat yang warganya, individu dan kelompok menjadi berkat bagi dunia di semua bidang kehidupan. Jadi ia tidak hidup hanya untuk dirinya sendiri saja. Dan ketiga, jemaat yang selalu menata diri dan pelayanannya sedemikian rupa sehingga selalu kontektual (sesuai semangat dan perkembangan zaman), efektif dan efisien. Hal ini menyangkut kemampuan managerial (managemen organisasi) dan finansial (dana).
“Menjadi Pemuda Kerajaan Allah”, darimana mulainya ?
pertemuan raya Pemuda se-GMIT I, sebagai simpul aspirasi pemuda GMIT secara tegas menyepakati bahwa : Visi pokok dari totalitas keberadaan dan perjuangan pemuda GMIT adalah untuk “ menjadi Pemuda Kerajaan Allah” (ingat visi Gereja adalah Mewartakan syalom kerajaan Allah kepada Dunia). Dalam tulisan ini Visi dimengerti sebagai Harapan, cita-cita dan tujuan yang hendak diwujudkan melalui suatu proses kerja yang terencana, sistematis, berjalan tahap demi tahap, terarah pada tujuan. Dan keseluruhan aktifitas mewujudkan Visi disebut Misi. (Visi itu kadang-kadang sangat abstrak dan idealis karena itu sering diterjemahkan sebagai penglihatan yang jauh ke masa depan melampui batas-batas yang bisa diindra atau penglihatan dengan mata bathin).
Karena itu visi Pemuda GMIT menjadi pemuda Kerajaan Allah, tidak hanya boleh kita pahami secara eskathalogis (tentang kerajaan yang akan datang di akhir zaman) tetapi kerajaan allah disini saat ini. Dalam hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab pemuda GMIT untuk mewujudkan tanda-tanda kerajaan Allah diseluruh aspek aspek kehidupannya, baik digereja, masyarakat, sekolah dan keluarganya.
Sedangkan misi pemuda GMIT untuk mewujudkan visi adalah sebagai berikut : 1). Mewujudkan cirri dan identitas pemuda kerajaan Allah yang berkualitas secara jasmani dan rohani, dan 2). Memperlengkapi diri untuk menjadi agen kerajaan Allah dengan berpedoman pada panca tugas gereja yakni: koinonia, marturian, diakonia, liturgia dan oikonomia.
Pencapaian misi dan visi dapat dilakukan melalui pendekatan program dan kebijakan organisasi pemuda GMIT (mulai dari tingkat jemaat, klasis s/d sinodal), dapat pula dihadirkan melalui sikap dan perilaku kelompok pada komunitas tertentu maupun penampilan individu pemuda GMIT.
Karena itu menjadi sangat penting untuk mengetahui realitas keberadaan pemuda GMIT saat ini. Pemuda GMIT merupakan jumlah terbesar di kelompok kategorial fungsional, yang sebagian besarnya tinggal didaerah pedesaan dan hanya sedikit yang dikota. Dari segi keragaman, potensi pemuda GMIT dikota lebih daripada yang berada didesa, baik dari segi pendidikan, asal suku dan mata pencaharian. Sementara didesa, potensi pemuda GMIT tidak beragam karena kebanyakan mata pencahariaannya adalah bertani serta memiliki pendidikan rata-rata SD.
Memang kita tidak mempunyai data yang cukup akurat, namun kita dapat mencatat bahwa tidak sedikit pemuda GMIT yang berhasil. Ada yang menjadi tenaga pendidik (guru, dosen) birokrat, pengusaha, pekerja LSM, politisi, pers dan lain sebagainya. Yang telah memberikan sumbangan bagi pembangunan bangsa juga GMIT.Yang menarik adalah bahwa keberhasilan dari pemuda GMIT tersebut dilakukan secara sendiri dan bukan perjuangan lembaga atau secara kolektif yang terencana dari awal tahapan dan pembagian peran fungsinya. Atau suatu proses kaderisasi kepemimpinan Pemuda. Inilah tantangan pokok kita sebagai pemuda GMIT untuk bersaksi dan bersekutu dan melayani lewat organisasi pemuda GMIT yang ada.
Disamping potensi pemuda GMIT dari sisi mata pencaharian dan pendidikan, namun kita tak bisa menutup mata kalau terdapat banyak persoalan yang dibuat pemuda GMIT.
Yang terlibat kriminalitas, baik itu penyalahgunaan narkoba, mengkonsumsi miras, menjual miras, judi bola guling, pencurian, perkelahian antar kampung atau sekedar pelanggaran lalulintas, jika dicermatipun mereka adalah pemuda GMIT.
Pengangguran dan palak kendaraan umum sehingga membuat masyarakat risau jika diusut hampir pastipun dilakukan pemuda GMIT.
Jika demikian terhadap berbagai persoalan tersebut tentu secara kritis kita akan bertanya. Apakah memang peluang yang bisa dimasuki atau dimanfaatkan pemuda GMIT sudah tidak ada sama sekali untuk meminimalisir berbagai masalah yang kian kompleks sekarang ini ?? dan tidak adakah lagi ‘daya’ apapun untuk mencegah berlarutnya keterpurukan peran pemuda GMIT saat ini? Pertanyaan berikutnya…terserah anda !!
Berkaitan dengan tingkat pengangguran yang tinggi saat ini sebenarnya bukan peluang atau pekerjaan tidak ada, persoalannya selama ini pemuda GMIT telah terpola dengan mental menjadi PNS. Jangan heran kalau ada rekruitmen CPNS, banyak pemuda GMIT yang membentuk antrian panjang dalam arak-arakan tersebut. Itu bukan berarti pemuda GMIT tidak boleh menjadi PNS.
Namun mestinya pola pikir menjadi PNS itu sudah harus ditinggalkan. Apalagi tantangan kita kedepan sudah semakin sulit. Kedepan apalagi dalam era otonomi daerah (OTDA) peran pemerintah semakin kecil dan justeru sektor swasta yang semakin berkembang. Indikasinya yakni; kebijakan pemerintah dalam merekrut CPNS dengan ‘zero growth’ dan rasionalisasi pegawai. Itu berarti pemerintah kedepan lebih memberikan kesempatan kepada swasta.
Jika demikian mestinya, Pemuda GMIT menangkap peluang ini dengan tidak lagi masuk dalam arak-arakan pelamar CPNS!!.
Hal lain, sektor swasta kian berkembang namun pemuda GMIT kurang tertarik. Selain berkerja di swasta dituntur kedisipllinan, ada juga anggapan bahwa diswasta gaji kecil dan tidak ada jaminan hari tua.
Mental ‘kota sentris’ atau berpusat kekota, semakin menggejala akhir-akhir ini, dimana banyak pemuda dari desa lebih suka ‘merantau’ kekota ketimbang tetap tinggal didesa untuk menjadi petani. Padahal seringkali arus urbanisasi(perpindahan penduduk dari desa ke kota) ini justeru memperparah tingkat pengangguran dan kriminalitas kota. Padahal justeru, mayoritas penduduk Indonesia tinggal didesa dan bekerja dilahan pertanian. artinya : kalau mau membangun kemajuan bangsa ini harus kita mulai dulu dari desa. Dan sesungguhnya petanilah yang memberi ‘makan’ perut bangsa ini.
Di NTT beberapa tahun terakhir inibanyak muncul Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pers local. Tapi dapat dihitung denan jari jumlah pemuda GMI yang terlibat didalamnya. Kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit, sementara secara alamiah ia akan terseleksi karena banyak pemuda GMIT militansinya tidak teruji. Dipartai politikpun sangat sedikit pemuda GMIT. Kalaupun ada tidak belajar setia, mental ingin ‘cepat jadi’ cepat merasuki pemuda kita.
Dimasa mendatang, pemuda GMIT akan dihadapkan pada lebih banyak tantangan lagi yakni lapangan pekerjaan, kompetisi disegala bidang, hadirnya era globalisasi pasar bebas dengan berbagai dampaknya. Karena itu pemuda GMIT sejak dini sudah harus mempersiapkan diri.
Membangun komitmen dan sinergi, bagaimana caranya ??
Visi dan misi pemuda GMIT sudah jelas, permasalahan sebagian besar sudah diketahui. Lalu bagaimana caranya membangun Komitmen dan sinergi untuk mewujudkan visi yang penuh idealisme itu ? ada beberapa rekomendasi pokok dari penulisan makalah ini, yakni:
Pertama, sudah tidak bisa ditawar dan ditunda lagi, suatu kebutuhan untuk melakukan konsolidasi pemuda GMIT secara keseluruhan. Ada 3 dimensi konsolidasi; yakni penataan peran dan fungsi(siapa melakukan apa, kapan, dimana dan bagaimana??), pemantapan komunikasi dan jaringan serta pembinaan atau kepemimpinan pemuda GMIT. Hal ini berlaku pada aras struktur organisasi maupun pembinaan pada tingkat kelompok-kelompok pemuda basis. 2 hal yang pertama berkaitan langsung dengan aspek komitmen dan sinergi. Untuk pemantapan komitmen atau tekad untuk berjuang, pemuda GMIT harus bisa dengan rendah hati mau duduk bersama berdialog satu sama lain-sebagai sesama pemuda, dengan membuang segala atribut pribadi dan ekslusifitas kelompoknya. Pemuda GMIT masa depan adalah pemuda yang sadar perannya, pemuda yang bersikap terbuka dan demokratris, pemuda yang peduli lingkungan, pemuda yang sadar gender, pemuda yang ulet dan suka berkerja keras, kreatif, cerdik dan rela berkorban bagi kemajuan gereja, sesama dan bangsanya. Atau secara sederhana pemuda yang komitet terhadap cita-cita ‘menjadi pemuda kerajaan Allah”. Dan itu salah satunya bisa kita mulai dengan penataan sungguh-sungguh terhadap konsolidasi organisasi pemuda gereja yang kita miliki saat ini dan menggalang komitmen bersama antar pemuda Gereja yang ada saat ini.
Kedua, kita tak mungkin berjuang sendiri, karena itu sinergi atau kerja sama dan berjaringan kita perlukan. Tidak hanya antar pemuda ditingkat rayon, tetapi dikembangkan juga di tingkat jemaat, antar jemaat, klasis dan antar klasis hingga sinodal. Jangan lupa persekutuan itu simpul pokok yang mampu meniscayakan sebuah perubahan. Sinergi dapat dibentuk dengan adanya komunikasi yang dialogis, saling pengertian, kerjasama dalam memecahkan berbagi kesulitan dan program. Dan diharapkan organisasi pemuda GMIT mulai dari tingkat rayon, hingga jemaat dan klasis memberikan dukungan bagi terbentuknya sinergi yang kuat antar pemuda GMIT. Dukungan juga sangat diharapkan dari struktur gereja (pendeta, majelis jemaat dan para tokoh gereja) seyogyanya juga memberikan dukungan penuh kepada pemuda GMIT, yang bertekad kuat dan bersinergi untuk menjadi pemuda kerajaan Allah.
Akhirnya, burung irian burung cendrawasih; sekian dan terima kasih. Tuhan Yesus sobat dari Galilea itu memberkati seluruh kerja keras dan ikhtiar pelayanan kita bagi upaya pemberdayaan dan pembaharuan pemuda GMIT.
Sola Scriptura Verbum Dei (Hanya Alkitablah Firman Allah). ( Winston Neil Rondo)